Minggu, 21 Juni 2015

Kurang Yodium, Wanita Hamil Berisiko Lahirkan Bayi dengan IQ Rendah





Studi mengungkapkan 84 persen wanita sering tidak menyadari pentingnya konsumsi yodium selama masa kehamilan. Fakta lain pun muncul dari studi ini yaitu jika ibu hamil tidak mengonsumsi makanan kaya yodium seperti ikan, susu dan keju ternyata bisa mengurangi kualitas IQ bayi mereka.

Yodium diperlukan sebagai pemicu produksi hormon tiroid yang penting untuk otak dan sistem perkembangan saraf bayi dalam kandungan dan juga pada anak usia dini. Kekurangan zat ini seringkali dikaitkan dengan gangguan perkembangan kecerdasan dan membaca anak nantinya.

Kekurangan yodium merupakan salah satu penyebab utama berkurangnya fungsi otak di negara berkembang. Hal ini bisa berpengaruh pada fungsi kognitif anak jika tidak dikonsumsi selama masa kehamilan. Meskipun sebagian besar wanita di Inggris menyadari manfaat gizi dari produk makanan, hanya 12 persen yang menyadari kebutuhan yodium saat kehamilan.

Hampir 84 persen wanita tak menyadari manfaat yodium saat kehamilan untuk perkembangan janin dalam kandungan. Hanya 11 persen wanita mengaku pernah mendengar khasiat yodium semasa kehamilan dan berusaha mencukupi kebutuhan zat bermanfaat yang sering dianjurkan oleh dokter kandungan mereka.

Studi yang dilakukan oleh Universitas Glasgow menemukan wanita hanya mengonsumsi kurang dari tiga perempat asupan yodium yaitu 190 mg. Hal ini tentunya tidak dianjurkan, karena World Health Organization (WHO) menganjurkan agar mengonsumsi 250 mg yodium agar kebutuhannya tercukupi.

Sementara Reference Nutrient Intake (RNI) untuk orang dewasa adalah 140 ug per hari terlepas dari hamil atau tidaknya seseorang. Zat ini bisa diperoleh dari suplemen yodium seperti asam folat dan vitamin D. "Yodium sangat penting untuk masa kehamilan untuk memastikan perkembangan otak janin yang sempurna. Konsumsi 200 ug yodium tiap hari agar gizi tercukupi dan menambah kualitas hidup. Zat ini mudah diperoleh yaitu bisa dari susu dan ikan laut," ucap Dr Emilie Combet, dikutip dari Mirror, Rabu (27/5/2015)

Penelitian yang dipublikasikan dalam British Journal of Nutrition ini menyurvei 1.026 wanita yang sedang hamil dan ibu yang memiliki anak-anak berusia tiga tahun. Hasil menemukan bahwa lebih dari setengah atau 56 persen wanita tidak mengetahui sumber yodium dan sebagian keliru seputar sumber yodium.

"Ada sebuah perdebatan yang sedang berlangsung yaitu bahaya dan manfaat yodium untuk ibu hamil. Garam beryodium tinggi sudah dipasok seluruh negara namun hal ini menimbulkan kekhawatiran karena konsumsi garam dianggap berbenturan dengan pesan kesehatan yaitu agar mengurangi asupan garam untuk memerangi risiko tekanan darah tinggi," pungkas Dr Combet.

Dr Combet menambahkan bahwa masalah yang terpenting dari studi ini adalah kurangnya kesadaran masyarakat tentang manfaat zat bergizi. "Kurangnya kesadaran akan pentingnya mengonsumsi yodium selama masa kehamilan bisa berakibat pada kurangnya mineral penting ini dan harus segera ditangani," tambahnya.

Artikel ini disadur dari health.detik.com


Janin Sungsang, Dapatkah Dikoreksi Agar Lahir Normal?

Oleh: dr. med. Damar Prasumsinto, Sp.OG




Kehamilan sungsang artinya kehamilan dengan bokong bayi atau kaki bayi berada di bagian bawah rahim, yang normalnya sebenarnya adalah kepala bayi. Pada awal kehamilan, posisi ini sangat umum terjadi, seiring dengan membesarnya bayi, ia akan mencari posisi yang paling pas dengan bentuk rahim yaitu posisi kepala di bawah. Pada usia kehamilan 37-42 minggu, umumnya kepala bayi sudah berada di bagian bawah. Tiga persen ternyata bayi tetap dalam posisi sungsang meski menjelang persalinan.

Faktor penyebab bayi sungsang:

·        Faktor yang tidak diketahui. Ada kalanya bayi tetap pada posisi sungsang meski faktor lain                  normal.
·        Posisi plasenta yang menyulitkan bayi untuk berputar
·        Cairan ketuban terlalu sedikit atau terlalu banyak
·        Kembar
·        Ada kelainan bentuk rahim, misalnya adanya mioma uteri
·        Kebanyakan bayi terlahir sungsang adalah bayi normal, hanya sedikit sekali sungsang yang
     disebabkan kelainan pada bayi
·        Mengoreksi posisi bayi sungsang

Jika usia kehamilan sudah mencapai 36 minggu dan bayi belum juga mencapai posisi ideal (kepala di bawah), dokter akan mendiskusikan versi sefalik luar (external cephalic version) yaitu pemutaran posisi bayi dari luar dengan bantuan ultrasonografi. Caranya adalah dokter meletakkan tangan pada perut ibu hamil dan memutar badan bayi secara perlahan agar kepala bayi terletak di bawah dengan bantuan ultrasonografi dan pendeteksi denyut jantung janin. Namun ada beberapa syarat dilakukan tindakan ini yaitu cairan ketuban yang cukup, plasenta memiliki posisi baik, ibu tidak memiliki riwayat operasi seksio sesaria atau operasi perut lain yang sekiranya akan mengganggu tindakan, dan tidak ada kelainan pada bayi maupun rahim.

Suatu review menunjukkan keberhasilan versi sefalik luar lebih besar bila ibu mendapat obat pereda kontraksi (tocolytic) stimulan beta. Beberapa cara lain seperti penggunaan anestesi, pemberian infus untuk menambah cairan ketuban, atau hypnosis untuk membantu keberhasilan versi sefalik luar masih perlu diteliti lebih lanjut. Jika tindakan ini berhasil dan bayi tetap pada posisinya yang baru (kepala di bawah) saat persalinan, ibu mungkin dapat lahir seperti halnya ibu dengan bayi yang memiliki posisi normal.

Artikel ini disadur dari anakku.net

Ibu yang Bahagia Saat Hamil, Berpeluang Melahirkan Bayi Ceria



Apa yang dimakan ibu maka menjadi asupan janin yang sedang dikandungnya. Perasaan ibu hamil pun bisa dirasakan oleh si calon bayi. Psikolog menyebut ibu yang bahagia saat hamil lebih berpeluang melahirkan bayi ceria yang lebih mudah diasuh.

"Ibu yang gembira dan sehat selama kehamilannya biasanya akan melahirkan bayi yang lebih mudah diasuh, tidak terlalu rewel, dan lebih ceria," ujar psikolog Henny Wirawan dari Universitas Tarumanagara. Sebaliknya, ibu yang selama kehamilannya menemui masalah berat dan tidak tertangani, lebih berpotensi melahirkan bayi yang ketika dalam pengasuhannya lebih rewel, gelisah, pencemas, sangat pendiam, atau bahkan mudah tantrum.

Pada saat hamil seorang perempuan memang bisa saja mudah uring-uringan. Selain itu bisa pula mudah sedih dan kecewa. Itu semua tergantung dari apa yang dialaminya. Selain karena hormon yang berubah saat kehamilan, hal yang berpotensi mengganggu kondisi psikologis perempuan hamil biasanya ada di sekitar dia, termasuk relasi dan komunikasi dengan suami dan orang-orang di sekitarnya.

Tekanan pada ibu hamil makin berat jika dirinya memiliki masalah dan tanggung jawab besar, misalnya terkait masalah ekonomi keluarga, pengasuhan anak-anak yang lebih dulu lahir, dan sebagainya. Belum lagi jika mengalami kejadian tak terduga yang menimpa dirinya sendiri atau orang terdekatnya, misalnya kecelakaan atau bencana alam.

"Bila masalah tidak tertangani atau menjadi berlarut-larut barulah berpotensi mengganggu mood seorang ibu hamil. Dia bisa saja mengalami kondisi depresi, atau mengalami stres berat selama kehamilan.

dr Hari Nugroho SpOG dari Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUD dr Soetomo Surabaya sebelumnya juga mengatakan stres yang berlebihan meningkatkan horman stres. Peningkatan hormon stres ini mengakibatkan turunnya sistem kekebalan tubuh. Nah, turunnya sistem kekebalan tubuh pada hamil sangat mempengaruhi janin diantaranya adalah kejadian infeksi dalam rahim dan kehamilan prematur.

Bahkan, ada peneltian yang menyatakan bahwa stres yang terjadi pada ibu saat hamil dapat mengakibatkan gangguan perilaku, gangguan IQ dan emosi janin di kemudian hari.

Ketua Divisi Tumbuh Kembang Anak dan Remaja Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSU dr Soetomo, dr Ahmad Suryawan, Sp.A(K) juga menyebut ibu yang saat hamil mengalami stres ditambah defisiensi gizi dan berat badan rendah, bisa memberi dampak buruk jangka pendek pada janin dan anak di bawah usia 2 tahun. Dampaknya adalah perkembangan janin akan mempengaruhi ukuran dan komposisi tubuh atau organ, termasuk otak dan organ internal.


Artikel ini disadur dari health.detik.com

Ayo, Pahami Makna Tangisan Si Kecil!


Oleh: dr. Badriul Hegar, SpA(K)



Cara bayi berkomunikasi adalah dengan menangis. Tidak jarang tangisan bayi malah membuat kita bingung. Bila bayi menangis dan kita tidak dapat menghiburnya, seringkali membuat kita merasa sedih. Mengapa ia menangis? Mengapa sulit didiamkan?

Lapar

Dalam beberapa kali sehari bayi mempunyai perasaan tidak enak di dalam perutnya, yaitu lapar. Menangis karena lapar umumnya jarang membuat kita cemas, karena hal tersebut sudah dapat diprediksi kapan kira-kira akan berlangsung dan keinginannya dapat kita penuhi. Menangis hebat dapat membuat bayi sangat terganggu, sehingga bayi tidak mau minum meskipun lapar. Bila hal ini terjadi, maka cobalah menenangkan bayi terlebih dahulu.

Kolik

Bayi kadang-kadang menangis dengan keras sekali. Bila hal ini terjadi, mungkin saja bayi mengalami kolik infantil. Pada umur 2 minggu, bayi dapat tiba-tiba menangis dengan hebat terutama pada sore hari atau menjelang malam hari. Keadaan ini dapat terjadi setiap hari (kadang-kadang sampai 3 jam atau lebih). Mengapa sering terjadi dan menangisnya begitu hebat, apa penyebabnya? Tidak diketahui secara pasti. Umumnya keluhan tersebut akan hilang dengan sendirinya pada umur 4 bulan. Mendekap dan meminjat perutnya dengan lembut kadang-kadang dapat membantu menenangkannya. Bila bayi tetap tidak mau berhenti menangis, maka letakkan bayi dengan nyaman di tempat tidurnya dan coba kembali menghiburnya.

Merasa bosan

Beberapa bayi cepat merasa bosan dibanding bayi lain. Kebosanan merupakan suatu perasaan yang tidak menyenangkan bagi bayi yang diutarakan dengan menangis. Bayi senang mendengar bunyi-bunyian atau melihat gerakan-gerakan. Mainan dengan bentuk dan warna yang menarik perhatian atau mengeluarkan suara musik dapat digunakan untuk mengalihkan perasaan bosan. Kita perlu melalukannya dengan waktu yang cukup dan santai. Seringkali malah kita menjadi ’mainan’ yang paling dapat dinikmati dan disenangi si bayi.

Artikel ini disadur dari anakku.net



Apa itu Shaken Baby Syndrome?


Oleh: Dr. Ika Fitriana, Sp.PD



Shaken baby syndrome (SBS) adalah trauma kepala pada bayi yang disebabkan guncangan kuat di bahu, lengan, dan kakinya. Guncangan ini dapat menyebabkan suatu kumpulan gejala, yakni pecahnya pembuluh darah di otak, pecahnya pembuluh darah retina mata, dan pembengkakan otak.

Banyak orangtua terlambat menyadari gejalanya karena secara kasat mata, si kecil tidak memperlihatkan gejala berarti pada awalnya. Karena terjadi pada awal kehidupan saat otaknya tumbuh sangat pesat, sindrom ini dapat menyebabkan gangguan perkembangan otak di masa depan.

Gejala shaken baby syndrome:

Dilaporkan bayi di bawah usia satu tahun (terutama 2-4 bulan) merupakan kelompok yang paling berisiko cedera akibat guncangan.

  • Perubahan pola tidur atau bayi menjadi sulit dibangunkan. Sebaliknya bayi mungkin awalnya sangat rewel hingga tak mau ditidurkan.
  • Kejang-kejang.
  • Makin rewel yang tidak diketahui sebabnya.
  • Menangis terus menerus yang tak bisa didiamkan tanpa penyebab yang jelas
  • Muntah-muntah hebat lebih dari biasanya.
  • Tidak bisa ditenangkan atau tidak mau makan yang tidak diketahui sebabnya.
  • Pada perdarahan otak yang cukup berat, si kecil bisa mengalami koma hingga benar-benar tak bisa dibangunkan.

Segera bawa ke rumah sakit bila orang tua menemukan gejala-gejala di atas.

Artikel ini disadur dari anakku.net