Jumat, 19 Juni 2015

Hindari Makanan Yang Mengandung Alkohol Saat Hamil



Anda pasti sudah tahu bahwa mengkonsumsi alkohol saat hamil merupakan kebiasaan buruk yang dapat memicu kesehatan janin. Bahkan penelitian menunjukan bahwa anak yang terlahir dari ibu yang sering mengkonsumsi alkohol akan mempengaruhi tingkat kesehatan dan kecerdasan anak.

Benarkah anda sudah menghindari mengkonsumsi alkohol saat hamil ? Coba cek kembali makanan favorit anda, beberapa diantaranya mungkin mengandung kandungan alkohol yang tanpa anda sadari membahayakan kesehatan. Anda wajib cari tahu apa saja makanan yang mengandung alkohol, sehingga mengurangi gangguan kesehatan pada janin.

Alkohol pada makanan

Ketika mengkonsumsi makanan di luar rumah tanpa anda sadari ada jenis bumbu dapur tertentu yang tanpa anda sengaja konsumsi dan mengandung alkohol. Meskipun kini lembaga MUI (Majelis Ulama Indonesia) telah membantu anda dengan memberikan label halal sehingga mudah untuk mengenali makanan yang mengandung alkohol. Penelitian yang dilakukan pada makanan yang mengandung alkohol sejauh belum ada kesepakatan. Meskipun demikian sebagian kalangan mengatakan untuk memberikan pantangan pada ibu hamil dalam mengkonsumsi alkohol, meskipun setetes. Apakah itu berlaku pada makanan beralkohol? Bagi anda yang bijak, sebaiknya memang menghindari terlebih ketika anda sedang hamil.

Berikut ini beberapa makanan yang seringkali mengandung alkohol :

·        Kandungan liquer pada permen ataupun coklat. Anda dapat membaca setiap kemasan permen atau coklat yang anda pilih. Pastikan terhindar dari kandungan liquer.

·        Alkohol pada makanan tradisional. Kandungan alkohol pada menu makanan tradisional akan meningkat seiring dengan waktu fermentasi. Sehingga kandungan alkohol akan semakin membahayakan jika semakin lama di fermentasi. Beberapa makanan tradisional yang mengandung alkohol adalah brem, tape singkong, tape ketan atau durian fermentasi.

·        Alkohol pada campuran minuman tertentu. Anda dapat bertanya langsung pada pramusaji mengenai minuman yang anda pesan sehingga memastikan tidak menggunakan rhum atau alkohol. Hindari makanan yang mengandung arak merah/mirin atau arak putih. Biasanya digunakan untuk menambah selera.Umumnya digunakan pada masakan jepang, kandungan alkohol pada mirin umumnya 14% dan digunakan pada sushi.

·        Beberapa kue yang menggunakan rhum balls atau butter rhum cake umumnya memiliki kadar alkohol 30%. Anda dapat memastikan dengan bertanya pada outlet cake tersebut apakah mengandung rhum atau tidak . Kini beberapa outlet telah memberi label pada cake yang mengandung rhum.

·        Alkohol yang dijadikan sebagai penyedap makanan. Umumnya digunakan pada masakan western food, chinese food, atau beberapa menu makanan asing lainnya. Penyedap makanan yang mengandung alkohol adalah Ang  Chiu. Digunakan dalam masakan daging, seafood, saus penyedap atau tumisan.

Dengan mengetahui beberapa makanan yang mengandung alkohol, anda lebih waspada dan mengurangi resiko yang dapat ditimbulkan dari konsumsi alkohol. Umumnya resiko yang ditimbulkan adalah lahir dengan berat di bawah normal, lingkar kepala kecil, mengalami kelainan sendi, kemampuan kordinasi yang lambat, panjang tubuh saat lahir pendek dari normal atau mengalami ingatan yang pendek.

Artikel ini disadur dari doktersehat.com


Benarkah Penyakit Asma Menyebabkan Keterlambatan Hamil?



Wanita yang memiliki asma tampaknya akan mengalami keterlambatan hamil, demikian laporan dari peneliti Denmark menunjukkan. Apakah kecenderungan ini dikarenakan asma memiliki efek biologis secara langsung pada kesuburan ataukah karena asma dapat mengurangi frekunsi hubungan suami-istri, masih belum diketahui dengan jelas. Namun para peneliti mengatakan bahwa ada hubungan antara asma dengan ketidaksuburan karena peningkatan waktu untuk hamil.


Pemimpin peneliti, Dr Elisabeth Juul Gade, mengatakan saat ini, temuan kami hanya dapat menunjukkan kecenderungan saja. Ada kebutuhan untuk studi klinis yang meneliti masalah ini secara umum. Temuan ini diterbitkan pada tanggal 14 November di jurnal European Respiratory edisi online.


Hubungan antara asma dan keterlambatan hamil


Dr. Len Horovitz, seorang spesialis paru-paru di Rumah Sakit Lenox Hill di New York, mengatakan bahwa hubungan antara asma dan keterlambatan kehamilan cukup jelas. Asma adalah penyakit inflamasi dan peradangan yang dapat terjadi di bagian tubuh mana saja. Bagian radang dari asma tidak hanya mempengaruhi tabung bronkial, namun juga tuba falopi, ujar Horovitz. Teori ini didukung oleh fakta bahwa wanita penderita asma yang telah dirawat dengan baik mengalami peningkatan kemampuan untuk hamil.


Dr Avner Hershlag , kepala dari Pusat Reproduksi Manusia di North Shore University Hospital, Manhasse, N.Y., mengutip sebuah penelitian di Inggris yang melibatkan lebih dari 500 ribu wanita. Ia mengatakan bahwa tidak ada perbedaan dalam tingkat kesuburan antara wanita yang memiliki asma ataupun yang tidak.


Penelitian dari Denmark ini tidak menyoroti tingkat kesuburan yang sebenarnya, namun lebih pada keterlambatan untuk hamil, kata Hershlag. Secara keseluruhan, pasien yang mengalami atau tidak mengalami asma memiliki kesuburan yang sama. Jadi, pasien yang memiliki penyakit asma tidak perlu merasa cemas.


Penelitian ini berdasarkan data lebih dari 15.200 wanita kembar Denmark yang berusia di bawah 42 tahun. Para wanita diminta mengisi kuesioner yang menanyakan hal-hal terkait asma dan kesuburan. Data tersebut tidak hanya berlaku bagi mereka yang kembar, namun juga digunakan untuk orang lain secara keseluruhan. Para partisipan kemudian dibagi menjadi dua, yakni yang memiliki asma dan yang tidak memilikinya, serta mereka yang asmanya sedang dirawat ataupun yang tidak dirawat. Kemudian mereka ditanya apakah mereka telah mencoba untuk hamil selama lebih dari satu tahun ini, dan apakah hasilnya gagal atau sebaliknya.


Para peneliti menemukan bahwa hampir 1.000 wanita menderita asma. Kebanyakan dari mereka memiliki waktu yang lebih sulit untuk hamil dibandingkan wanita yang tidak memiliki asma ( 27 persen versus 21,6 persen ). Tertundanya kehamilan secara signifikan jauh lebih lama pada wanita asma yang tidak diobati/dirawat (30,5 %) dibandingkan dengan wanita asma yang dirawat (23,8 %), kata para peneliti. Selain itu, wanita penderita asma di atas 30 tahun lebih mungkin untuk mengalami keterlambatan kehamilan (32,2 %) dibandingkan dengan wanita penderita asma di bawah usia 30 tahun (24,9 %).


Bagaimanapun juga, para peneliti menegaskan bahwa wanita penderita asma pada akhirnya juga bisa memiliki jumlah rata-rata anak yang sama seperti wanita yang tidak mempunyai asma, hanya masalah waktu yang membedakan, di mana wanita penderita asma cenderung lebih terlambat untuk hamil dibandingkan dengan wanita yang tidak memiliki penyakit asma.



Artikel ini disadur dari doktersehat.com